सधन II. RJW: 45


45.


" Setiap inra adalah lubang pintu pengeluaran tenaga manusia , kearah yang mengikatnya dengan dunia objektif. Indra itu diperintah oleh manah untuk bergerak keluar dan mengikatkan diri pada sasaran. manusia harus berusaha menundukkan manah itu dengan akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka), dengan demikian manah akan menolong , kalau tidak malah merugikan. Badan adalah kuil Tuhan; Beliau bersemayam dalam hati nurani; akal budhi atau kecerdasan adalah lampu pada altaar ; sekarang setiap hembusan angin yang bertiup melewati jendela dari indra mempengaruhi nyala lampu  dan meredupkan cahayanya, mengancam nyalanya. Nah tutuplah jendela itu; jangan dibuka yang memungkinkan daya tarik langsung benda-benda. Peliharalah Kecerdasan atau budhi supaya tetap tajam, hingga mampu memotong manah seperti intan yang mampu mengeluarkan kilat sinar, padahal tak ubahnya sebagai batu kerikil. Membedakan, Nithyaanithya-Wastu Wiweka, adalah alat yang penting untuk kemajuan spirituil. Akal budhi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang tak terbatas, yang sementara dengan yang kekal. itulah gunanya yang masuk akal. Sangkaracarya memberi judul karyanya atas prinsip Adwaita sebagai Wiweka -Cudamani, karena beliau ingin memberi penekanan pada nilai wiweka untuk menyatakan peleburan kehidupan dan Ke Esaan Alam Semesta."

(Sathya Sai )

सधन II. RJW: 44

44.

" Sekarang mungkin timbul keraguan terhadap Artha-Bhakta , seseorang yang berpaling kepada tuhan, untuk melenyapkan penderitaannya. Kemungkinan timbul pertanyaan, apakah orang semacam itu dapat disebut Bhakta. Tak seorang manusia pun di dunia ini yang tidak menderita kekurangan atau yang lain. Masing-masing tergantung kepada yang lainnya untuk memenuhi keinginannya, bukan?
Sekarang, keinginan terhadap benda-benda, sebenarnya salah; dan bersandar pada orang lain agar memenuhi kebutuhannya, maka kesalahannya akan menjadi lebuh besar. Seorang Artha Bhakta berpaling bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan, kepada siapa ia menaruh kepercayaan dan penghormatan; ia hanya memohon kepada tuhan saja, agar memenuhi permintaannya. Meskipun salah untuk mendapatakan kebutuhannya, ia menghindari kesalahan besar dengan menaruh kepercayaan kepada sifat yang lebih rendah derajatnya, selain Tuhan. bukankah seorang Artha Bhakta itu termasuk orang yang istimewa? Keutamaan dari sikap dapat dilihat bila kamu mengetahui, bahwa tidak ada keinginanmu yang penting yang kamu harapkan mampu memenuhinya. Tujuannya adalah Tuhan; yang Pemurah dan Pemberi. Kemuliaannya sendiri dapat memberikan berkah; .......sehingga bila kepercayaan ini dimantapkan, kamu dapat meastikan bahwa Artha -Bhakta sangatlah berharga.

Ketiga tipe Bhakta yang disebut dalam Bhagawadgita, yaitu: Aartha-bhakta, Arthaathi-Bhakta, dan Jijnasu, semuanya memuja Tuhan dalam wujudnya yang mutlak, sebagai Paroksha. Mereka mencari tuhan sebagai sarana untuk mewujudkan harapannya  atau tujuannya. Sudah barang tentu ketiga Bhakta tersebut selalu dalam sikap Bhakti, berdoa dan selalu mengingat tuhan, pada setiap saat.

Jnani, bhakta tipe keempat yang dibicarakan bhagawadgita, memiliki Eka-Bhakti, sedang yang tiga lainnya memiliki Aneka-Bhakti; yang terikat kepada obyek atau status obyek yang mereka harapkan dan untuk keperluan itu mereka bertiga sangat terikat juga kepada tuhan. Mereka tidak hanya mengabdi kepada Tuhan, tetapi juga kepada dunia objektif. jnani tidak memalingkan perhatiannya kepada sesuatu selain Tuhan. Walaupun ia mungkin melakukannya, ia melihat Tuhan dimanapun matanya tertuju. Itulah sebabnya Tuhan menyatakan bahwa Jnani itulah yang paling disayang. Sudah tentu semuanya sama bagi Tuhan, tetapi diantara mereka yang telah mencapai keberadaan-Nya  dan ada disana, Prema adalah pasti, Pratyhaksha segera diperoleh , secara langsung diketahui dan dialami. Sehingga, dapat dipastikan bahwa jnani adalah yang paling dekat dengan tuhan dan paling disayang."


(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 43


43.

"Kebijaksanaan yang datang dari pengalaman yang nyata seperti air hujan, bila dibanding dengan air laut yang rasanya asin dan tak dapat diminum. Oleh pengaruh sinar matahari, garamnya dipisahkan dan airnya menguap keangkasa menjadi segar dan menghidupkan. Sadhana yang merobah pisik menjadi metafisika adalah kekuatan sinar matahari yang menganugrahkan air laut untuk diminum, sebagai air hujan yang menghidupkan."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 42

42.

" Kamu harus mengusahakan dirimu dalam Karma -Jinasa, kemampuan untuk membedakan pilihan karma atau aktifitas; kemudian kamu harus memasuki daerah Dharma-Jijnasa, suatu pencarian (penyelidikan) hukum kekekalan atma yang membentuk dan menentukan gelombang kesadaran (peny.;BG. IX-1,34). Akhirnya , kamu memasuki hal pembebasan melalui Brahma-jijnasa, Sadhana yang meyakinkan kamu tentang kenyataan yang Maha Tunggal dan ketidaknyataan dari kebhinekaan, dunia yang tampak didasari oleh Brahman Yang Nyata"


(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 41

41.

"Bermacam-macam orang masa kini menyebut dirinya jnani.Barangkali mereka tidak mengetahui, bahwa seorang jnani ditandai oleh sifat-sifat tertentu. Tanda tertentu yang menandai kebenaran Jnani sejati adalah pernyataan yang berdasar atas pengalamannya: "Waasudewassarwamidam". Semua ini adalah Wasudewa. Ketetapan penyesuaian dari pengalaman adalah pertanda benar dari seorang Jnani.Dengan Wasudewa disini dimaksud bukan putra Wasudewa, tetapi 'Ia yang melihat Tuhan' disemua mahluk hidup Tempat PersemayamanNya, Niwaasa-Nya, Hanya yang meluhat Tuhan di semua mahluk hidup sebagai Tempat Kedudukannya, berhak disebut Jnani. Yang lainnya menyebut diri jnani hanya sebagai nama saja. mereka tidak mempunyai pengalaman Jnani yang sesungguhnya. Apa yang sebenarnya disebut jnani?. Memiliki pengetahuan yang memungkinkan kamu untuk memiliki pengetahuan keseluruhan-Nya; Sehingga memungkinkan kamu untuk tidak membutuhkan pengetahuan lainnya."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 40


40.

"Beberapa teks suci mengajak kita untuk menemukan kesatuan dalam kebhinekaan dan mengenal kebhinekaan dalam kesatuan. Ini telah diajarkan, tetapi kita belum menemukan seseorang dengan tindakannya pulang kerumah membewa kebenaran itu kedalam hati kita. Apabila kita ingin mengenal kesatuan dalam kebhinekaan, pertama-tama kita harus mengerti arti istilah ini. Kita dapat dengan mudah mengatakan    menyisihkan kesedihan dan menemukan kebahagiaan adalah jalan sederhana yang menuntun kearah penerangan rohani. Pun dalam hal ini kita harus mengetahui hakekat dari kesedihan. Hanya dengan demikian kemudian kita dapat menghancurkan dan menyisihkannya. Kadang-kadang bila kita memperhatikan satu pengalaman adalah penuh kesedihan, tetapi setelah lewat beberapa saat berobah menjadi kegembiraan. Dan bila kita mengira sebuah pengalaman adalah sebuah kasus kegembiraan, namun hal itu dapat berobah menjadi kesedihan atau kesusahan akhirnya."


(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 39


39.

" Meskipun sebagai persamaan, penggunaan obat luar, kita menjalankan praktek dan Sadhana tertentu, kita juga harus mewujudkan makna bathin dari Sadhana dan praktek tersebut. Inilah perwujudan makna bathin dari praktek seperti itu, yang merupakan obat dalam yang diminum. Bhagavadgita adalah sari dari semua upanishad yang mendidik kita bagaimana kehidupan harus dikuasai  secara rokhani. Didalam bab 6, sloka 32 dari Bhagavadgita, kita diajar bagaimana pembersihan bathin dan pensucian dapat dipengaruhi. Sifat-sifat yang baik seperti kebaikan, rasa kasihan, cinta kasih (prema) suka berkorban, membuat manusia berjasa dan patut disebut penyembah atau Jnani atau seorang yang telah mencapai Wairagya atau bebas dari pengaruh dunia luar."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 38


38.

" Air laut itu asin jika langsung diambil dari laut dan dapat disamakan dengan "Sastra Jnana" atau buku pengetahuan. Air yang didapat dari sungai  telah berobah rasanya dan sedap. Air kali ini disamakan dengan "Anubhawa Jnana" atau kebijaksanaan yang didapat dari pengalaman. Melebihi dari pengetahuan yang didapat dari membaca  Sastra, kamu harus menghargai pengetahuan yang didapat melalui pengalaman. Dengan mengabil pengetahuan dari Sastra kamu dapat menyempurnakannya menjadi kebijaksanaan pengalaman dengan menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 37


37.

"Para Jnani bebas dari Maya; tidak terpengaruh oleh Triguna Rajas, Tamas, bahkan Sattwa. Jijnasu atau pencari pengetahuan Kebenaran, berbeda, tetapi ia menggunakan waktunya untuk merenungkan secara terus-menerus pada Tuhan, dengan ketaatan dan pikiran-pikiran suci. Dan yang dua lainnya seperti Arthaarthi dan Aartha, mengumpulkan pengalaman-pengalaman yang dapat meningkatkan kerealitas dan dengan demikian merobah diri menjadi Jijnasu. Dan kemudian meningkat menjadi Jnani dan diselamatkan. Tujuan dapat dicapai langkah demi langkah. Kamu tak dapat mencapai tujuan dengan sekali lompatan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 36


36.

"Apakah penyebab dari A-jana? Akan Aku katakan padamu bahwa hal itu disebabkan oleh karena kamu menyamakan dirimu dengan jasmanimu, khayalan bahwa dirimu adalah badanmu. Hal ini hanya dapat dirubah dengan pengetahuan yang benar. Untuk menghilangkan kegelapan, sinar cahaya diperlukan; kamu tidak dapat menakutinya supaya pergi, juga tak dapat membuatnya mengalah hanya dengan doa atau permohonan atau protes. Tanpa lampu yang dinyalakan , kegelapan tidak akan lenyap bagaimanapun kamu mencobanya. Demikian juga A-jnana, tidak akan hilang hanya dengan berharap saja. Sekali kamu memahami sifat dan percabangan sifat dari A-jnana ini, kebenaran akan terbuka dan kesedihan akan lenyap."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 35

35.

``Realisasi diri adalah lain kata dari: "Aku adalah kebenaran diriku" atau " Aku telah mengenal diriku" atau " Semua adalah Atma" atau "Aku mengalami bahwa pribadi dan alam semesta tidak ada bedanya". Inilah yang harus mereka ketemukan untuk diri mereka masing-masing; tanpa pengertian ini, pertapaan saja hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga belaka. Manusia tidak hanya bersifat binatang. manusia memiliki percikan rohani Tuhan dan ia harus mempertahankannya agar tidak musnah.``

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 34


34.

"Para Sadhaka dipertengahan usaha mereka, kadang-kadang membayangkan Tuhan seperti kurang kemuliaan-Nya daripada yang sesungguhnya. Mereka mengira Tuhan membedakan orang berdosa dengan yang suci, yang baik dengan yang buruk, Jnani dengan yang A-Jnani. Perbedaan-perbedaan ini tidak berdasar. Jadi Tuhan tidak membeda-bedakannya. Seandainya memang kenyataannya demikian, tidak ada orang yang berdosa mampu hidup menghadapi kemurkaan-nya didunia meskipun hanya semenit. Semuanya masih hidup di dunia, karena tuhan tidak membedakannya. kebenaran ini hanya dipahami oleh para jnani. Yang lain nya tidak menyadari hal ini. Mereka menderita kepercayaan yang palsu bahwa tuhan berada sangat jauh dari mereka"

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 33


33.

" Apabila seseorang telah mencapai suatu keadaan perwujudan sifat keilahian dalam setiap mahluk hidup, apabila setiap sarana pengetahuan memberikan pengalaman terhadap keilahian tersebut, bila hanya atma itu saja yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba, manusia menjadi bagian dari tubuh Tuhan, Hidup dalam-nya dan bersama-Nya. Apabila tugas dan kemajuanmu sendiri telah kamu laksanakan, kamu akan mendapat kekuatan yang baru, bahkan pada langkah yang pertama; kamu akan terharu dengan kegembiraan baru yang lebih murni; kamu merasakan kebahagiaan yang penuh dan kamu akan disegarkan oleh kesucian yang baru."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 32


32.

" Ada 4 hal dimana setiap orang harus memperhatikannya:
1. Siapakah diriku ini?
2. Dari manakah asal mula diriku ini?
3. Akan kemanakah aku ini pergi?
4. Untuk berapa lamakah aku berada disini?
Kitab Catur Weda memberikan jawaban terhadap keempat pertanyaan tersebut. Semua pertanyaan -pertanyaan spiritual dimulai dengan keempat pertanyaan itu dan usahakan untuk mendapatkan jawabannya. Andaikata ada surat dimasukkan kedalam kotak surat tanpa alamat kemana surat tersebut harus dikirim atau dari mana surat itu berasal; surat itu tidak akan sampai dimana-mana. Adalah suatu pengorbanan atau kesia-siaan untuk menulisnya. Demikian juga keadaannya, adalah suatu hal yang sia-sia untuk lahir kedunia ini, apabila tidak mengetahui darimana asal kita datang, kemana kita akan pergi. Surat itu akan dikumpulkan sebagai surat-surat buntu. Sang jiwa atau Atma akan terperangkap kedalam siklus lahir mati dan tak akan pernah menemukan dirinya. untuk ini. Atmawichara (penyelidikan roh) dan untuk mendapat jawaban yang benar, Sadhana sangat penting. Jawaban ini harus merupakan bagian dari pengalamanmu."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 31



31.

"Halangan terbesar dijalan penyerahan diri (Saranagathi), adalah egoisme, ahamkara dan mamakara (keakuan, keangkuhan, kemilikan). Hal itu merupakan sifat dari kepribadianmu sejak lama dan mengirim sungutnya  semakin dalam bersama pengalamanmu pada setiap kelahiran. Hal itu dapat dipisahkan hanya dengan menggunakan sabun kembar Wiweka dan Wairagnyam."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 30


30.

"Kamu harus tumbuh dari hari kehari, tidak saja secara jasmani, tetapi juga secara rokhani. Berapa lama kamu belajar disekolah dasar, belajar huruf-huruf dari alphabet.? Bangkitlah , harapkanlah sebuah ujian, luluskan dan maju kekelas yang lebih tinggi."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 29


29.

"Atma itu berada di mana-mana; jangan lah mengira atma hanya berada pada seseorang yang berkasta tertentu, warna tertentu, dan kepercayaan tertentu; atau pada orang gemuk yang berukuran besar atau pada orang yang pintar, yang kaya. Itu selalu tetap Sat, Cit, Ananda pada setiap mahluk. Sadhana harus dilakukan terus menerus untuk memperoleh pandangan ini,"

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 28


28.

"Dahulu kala telah dibuat jalan raya utama untuk memperkuat semangat dan mencapai Kebenaran dengan sarana tersebut. Mengapa berkelana dalam pemborosan yang sulit atau dijalan yang penuh lumpur? Praktekkanlah Sadhana , japam, dan Dhyana seperti tertulis; ketahuilah semuanya, dari para Pundit atau lainnya yang mempunyai pengalaman. lakukanlah Puja dengan bunga, Japam dengan tasbih dst. , tetapi hanya sampai kamu siap dengan usaha yang lebih tinggi. Kamu harus mempersembahkan sebuah tanaman, bukan bunganya, yang akan memberkahi tanamannya, bukan kepadamu. Tuhan menghendaki kamu mempersembahkan kembang teratai yang mekar di danau hatimu, buah yang masak di pohon sepanjang jalan hidupmu, bukan kembang teratai dan buah yang bisa didapat di pasar! Kamu mungkin bertanya: Dimanakah kita bisa menemukan Tuhan? baiklah, beliau sudah memberikan alamat-Nya, dalam Bab 18, sloka 61 dari Kitab Bhagavadgita. Perhatikan dan catatlah: "Iswarah sarwa bhutanam hriddese' Arjuna tistati': O Arjuna Tuhan bertahta dihati setiap mahluk". Sekarang setelah mengetahui hal tersebut, bagaimana kamu dapat merendahkan terhadap suatu mahluk dengan jijik atau bagaimana kamu bisa bersenang-senang dengan membencinya atau memanjakan diri dengan mentertawainya diwaktu yang telah lewat itu? Setiap pribadi diisi dengan kehadiran Yang bersifat ke-ilahian, digerakkan oleh sifat keilahian. Cintailah, hormatilah, dengan penuh rasa persahabatan, itulah yang setiap orang berhak mendapatkannya darimu. berikanlah ini dengan ukuran sepenuhnya . Karunia tuhan tidak akan dapat diperoleh dengan sedikit berpura-pura Wairagyam atau hanya sebutir Wiweka. Kenali dan bertindak-lah; nyatakanlah dan alamilah, itu adalah jalan yang berat. Serahkanlah dirimu atas kemauan Beliau."

(Sathya Sai Baba )

सधन II. RJW: 27


27.

"Kenyataannya, letak Puttaparthi hanya 16 mil jauhnya; namun Aku telah datang seperti ini ke Penukonda ini, baru dua kali - sekali waktu Krisnarao membawa-Ku untuk mengetuai Kompetisi Atletik Daerah dan sekarang Krishnadewaraja yang membawak-Ku. Aku mengharap untuk bersama-sama menikmati Kebahagiaan-ku, sehingga Aku kira kamu hanya harus mengundang-Ku dan Aku akan bersama Kalian. Aku tahu kalian belum memahami diri-ku; kamu hanya melihat Aku dari jauh, melalui ribuan orang yang meliwati kotamu untuk datang kepada-ku. Apabila kamu memahami sedikit kepercayaan  mereka dan kegembiraannya, kamu akan mendapat ganjaran yang banyak. Aku dicemaskan-kalau boleh perasaan itu disebut cemas- yaitu sementara orang-orang dari pelosok-pelosok yang sangat jauh dari negeri ini dan bahkan dari manca negara datang mengambil manfaat atau keuntungan, sedang orang-orang Penukonda mengingkari dirinya mendapat kesempatan untuk membagi Ananda-ku. Penukonda, sebuah kota yang mendapatkan namanya dari sebuah gunung yang sejak dulu merupakan tumpukan batu-batu, meskipun sebenarnya tumpukan yang besar dan tertinggi.Hatimu harus menjadi Konda yaitu pincak gunung yang tertinggi dan dipuncaknya, seperti Aruna-giri. Sinar pengetahuan harus menyala seperti rambu lalu lintas jalan. Pelajari, alami dan berbahagialah. Kendalikan, salurkan dan pasti terjamin. Bukan soal kalau kamu tak percaya kepada-ku atau kepada tuhan. Percayalah kepada dirimu sendiri, itu sudah cukup. Oleh karena itu, siapakah dirimu sebenarnya? Masing-masing dari kamu semua adalah ke-ilahian, apakah kamu mengetahui hal itu atau tidak."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 26


26.

" Bila magnet tidak menarik jarum, kesalahan terletak pada kotoran yang menutupi jarum. Apabila Tuhan tidak mendekat kearah "sadhaka", kesalahan terletak pada hati nurani sadhaka yang belum cukup bersih."

(Sathya Sai )

सधन II. RJW: 25


25.
" Hanya orang-orang yang sakit, sekarang mengeluh sakit lambung yang disebabkan kelebihan makan dan kurang latihan olah raga. Bagaimana tuhan akan menyatakan Diri-Nya apabila pencari tuhan mengendarai mobil besar mulus mengkilat dan berpegang teguh pada kehidupan rutin yang mewah? Rindukanlah untuk bisa melihat Dia yang bertahta didalam dirimu, jangan hanya mengusahakan badanmu selamat, didandani dan dimanjakan dalam kenikmatan yang mahal. Ada beberapa Sadhaka ultra modern yang tidak mau melintasi ambang pintu mereka, atau mengeluarkan sedikit uang, atau menggerakkan otot, tetapi tetap mengharap realisasi diri itu bisa jatuh secara lembut di pangkuannya dari Guru atau Tuhan, yang dia perkirakan dapat dimanipulasi dan disuap. Dan memang ada Guru-guru yang melaksanakan hal tersebut, sehingga mereka dapat menimbun."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 24


24.

"Lakukan segala perbuatan sebagai persembahan kepada Tuhan; jangan membedakan sebagai "ini pekerjaan-Ku" dan  "itu pekerjaan-nya". Semua pekerjaan adalah milik-Dia; Dia yang mengilhami, Dia yang menolong, Dia yang melaksanakannya, Dia yang menikmati, terserah kepada-Nya, Dia yang memungut hasilnya, Dia yang menanam. Dia saja yang ada, karena, segala keanekaragaman ini adalah Dia, terlihat melalui cermin alam! Segala sesuatu adalah untuk pencapaian Yang Maha Tinggi, untuk dimanfaatkan bagi tujuan tertinggi tersebut. Tak sesuatupun yang dipergunakan sebagai itu sendiri, untuk itu sendiri. bagi Sai Bhakta, hanya inilah cara hidup yang benar. Bukan "padartham" (tanpa obyek); segalanya "parartham" (hanya objektif). Dan objektif itu adalah Perwujudan dari Realitas, itulah Atma, Tuhan."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 23


23.

" Kehidupan adalah khayalan belaka, yang datang dari hujan yang tak tampak; ia jatuh kedalam samudera yang tak dikenal. Pada suatu peristiwa ada seorang laki-laki yang diganggu oleh sekelompok sanak famili, ketika ajal tiba. Orang tua, istri, anak-anak dan saudara-saudaranya mengelilingi tempat tidurnya, pada saat terakhirnya dan merata. Mereka menanyainya: "Apakah yang akan terjadi pada kita semua?" . Orang yang akan mati itu mengangkat kepalanya sedikit keatas bantal dan balik bertanya: "Apakah yang terjadi padaku Aku sekarang lebih tertarik pada persoalan tersebut, daripada kecemasan tentang apa yang terjadi padamu".
Baiklah, seharusnya setiap orang lebih baik menanyakan pertanyaan tersebut sejak dini dan melengkapi diri dengan jawabannya, daripada menunggu hingga nanti terlambat." untuk jadi apakah aku ini?", "Apakah yang sharusnya kulakukan?", Pertanyaan-pertanyaan ini harus kamu pikirkan dan usaha kan mendapat jawabannya."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 22


22.

" Untuk mencapai kesempurnaan ini, kamu harus mengambil satu langkah setelah langkah sebelumnya. Perbuatan-perbuatan baik seperti puja, japam, dhyanam, ketaatan pada janji dsb., semuanya adalah 'langkah' ; berpikir yang baik, seperti doa-doa untuk membedakan yang lebih besar, lebih banyak kesempatan membantu orang lain, juga pertolongan. Lambat, dengan kemantapan, berisikan pikiran; tajamkan kecerdasan, bersihkan indra-indra dan dapatkan karunia-nya."

(Baba)

सधन II. RJW: 21


21.

" Akal budhi yang digerakkan hanya oleh kebenaran dan Kesadaran Rokhani tidaklah tahan terhadap kekotoran dari kejahatan atau sifat buruk dari keduanya, yang merupakan prasyarat (yang sebelumnya harus dipenuhi) untuk mencapai cita-cita. inilah yang disebut Aasthi (kekayaan) yang memungkinkan seseorang menjadi Aastika. Akal budhi harus meneliti sejauh kemampuan, masalah-masalah yang mendasar, seperti: mengapa ada kelahiran ini, kemanakah tujuan hidup ini, dari mana petualangan berasal, apa pengaruh usaha manusia atas kehidupan ini dan kehidupan mendatang dst. Kesadaran haruslah menyelami kedalaman dari ke-Tuhanan yang mendasarinya."

(Baba)

सधन II. RJW: 20


20.

" Akibat dari perziarahan, kebiasaanmu akan berubah kearah perbaikan; pandanganmu lebih luas, pandangan rohani lebih dalam dan lebih mantap. Kamu harus menyadari kehadiran Tuhan dimana-mana dan kesatuan dari kemanusiaan. Kamu harus belajar tenggang rasa dan sabar, berderma dan mengabdi. Kamu harus mencari hikmahnya, apabila perziarahan telah usai dan duduklah untuk merenungkan kembali pengalaman itu, semakin meningkat, memperkaya dan lebih memastikan Realisasi K-tuhanan itu, Aku memberkahimu agar kamu membangun kepastian sikap dan berjuang langkah demi langkah untuk mencapai tujuan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 19


19.

"Milikilah kepercayaan pada dirimu sendiri, pada kemampuan dirimu untuk berpegang teguh pada jadwal Sadhanamu, pada kemampuanmu untuk mencapai perwujudan. Kalau kamu tidak percaya pada gelombang, bagaimana kamu bisa mempercayai lautan? Segumpal kecil baja, dapat menjadi sebuah jam tangan yang bagus dan berguna, dengan menggunakan kecerdasan dan keterampilan; tak dapatkah manusia dirubah menjadi seorang bijaksana, yang mampu mewujudkan Realitas Utama dengan peralatan Wiweka dan Wairagya? Kitab-kitab suci dari semua agama membantu manusia untuk mencapai tempat damainya yang kekal. Semua penginapan kafilah dibangun untuk menolong para penziarah dalam perjalanan untuk mencapai  tujuan. Mereka mengaso sebentar disana dan mendapat keterangan untuk perjalanan berikutnya, dan kemudian bergerak maju dengan tenaga segar.
Kesukaran yang dijumpai dijalan, sering diterima dengan rasa sebal oleh penziarah dalam perjalanan spirituil; tetapi cobaan ini harus diterima sebagai jalan keselamatan. Apabila kamu memasang paku ditembok untuk menggantungkan gambar; sebelum gambar dipasang, kamu memastikan apakah paku itu sudah kuat menancapnya dengan jalan menggoyangkannya; bila kamu sudah merasa pasti bahwa paku itu tidak akan bergoyang walaupun dengan menggunakan seluruh tenagamu; kamu merasa cukup berani untuk memasang gambar tersebut. Kamu harus siap menerima ujian-ujian, karena hal itu dapat memberi keyakinan dan menjamin kemajuan.
Jangan mendengarkan perkataan orang lain. percayailah pengalamanmu. Apapun yang mententeramkan dan membahagiakan, Atmanandam, percayailah hal tersebut. Itulah yang menjadi dasar yang nyata dari kepercayaan (Sraddha). Mengapa kamu harus menanyakan sesuatu hal itu kepada semua orang apakah itu garam atau gula? bukankah suatu kebodohan menanyakan hal itu berkeliling? Cicipilah sedikit dengan lidahmu sendiri; hal itu sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Apa yang kamu kerjakan adalah menolak garam yang dikatakan, sedang yang kamu alami membuktikan bahwa itu adalah gula secara sederhana  dapat ditekankan karena orang lain tidak mencoba nya seperti apa yang kamu lakukan; namun berani memaklumkan bahwa itu adalah garam atau orang itu mungkin sedang menderita sakit panas sehingga merasakannya pahit."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 18


18.

"Kamu dapat memperoleh dorongan nyata dan inspirasi untuk melayani sesama, hanya setelah kamu bebas dari pengenalan bahwa dirimu adalah badan. Apabila seseorang menderita sakit maag yang akut, matanya meneteskan air mata. Mengapa? Karena, macam-macam organ tubuh, seperti mata, lambung, dan lain-lainnya, semuanya itu dari tubuh yang sama. Demikian juga bila satu orang menderita matamu mengeluarkan air mata dan kamu didorong untuk menghilangkan penderitaannya. Ini akan terjadi, apabila kamu mengetahui bahwa kamu dan dia adalah anggota badan dari Tubuh Ilahi yang sama. "Bheda-bhawa", timbul karena ketidaktahuan akan Kebenaran. Bila orang marah, giginya gemertak, tetapi dia jaga untuk tidak menggigit lidahnya, karena lidah itu miliknya; bila secara kebetulan, lidahnya tergigit, ia tak akan memukul giginya, karena giginya adalah miliknya. Demikianlah juga orang sakit, orang miskin, orang tak berpendidikan, orang jahat, semuanya adalah anggota tubuh yang sama, dimana kitapun adalah bagian-bagiannya. Arus yang sama mengaktifkan semuanya. Untuk mewujudkan hal ini dan bergabung dalam Kesatuan itu, itulah kegunaan hidup dalam bentuk tubuh manusia. untuk kesempurnaan ini, buah-buah dari "Wishayawasana" (keterikatan terhadap obyek-obyek indera), haruslah dibersihkansecara seksama. Sebuah kebun mungkin kelihatan gundul dan mati; tetapi curahan hujan yang pertama akan merobahnya menjadi hamparan yang kehijauan; biji-biji rumput didalam tanah tumbuh akibat sentuhan kelembaban. Demikian juga pada kontak pertama dari godaan, "Wishayawasana" orang-orang bermunculan dan menghalangi tumbuhnya Sadhana spirituil."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 17


17.

"Manusia harus terus maju kearah"balam", kekuatan; ia seharusnya tidak menerima ketidakbenaran, kejahatan, penipuan- hal mana kesemuanya menunjukkan watak pengecut yang sangat fatal, "balaheenam". Balaheenam dilahirkan untuk menerima sebagai kebenaran sebuah citra rendah tentang dirimu, dari pada kenyataan apa yang dijaminkan. Kamu mempercayai dirimu adalah kulit, padahal sesungguhnya kamu itu isinya. Itulah kesalahan yang paling utama. Segala Sadhana harus ditujukan untuk menyisihkan kulitnya dan menyelamatkan isinya. Selama kamu membicarakan"aku", disana timbul rasa takut, tetapi sekali kamu berkata dan merasakan, aku adalah Brahman, Aham Brahmasmi, kamu mendapatkan kekuatan yang tak dapat ditaklukkan."

(Baba)

सधन SADHANA : DISIPLIN SPIRITUIL

Merupakan point-point spiritual yang disarikan dari wejangan Bhagavan Sri Sathya Sai Baba, yang pertama kalinya dihimpun oleh alm. N.Kasturi, "SADHANA The Inward Path Quotations from the divine discourse of Bhagavan Sri Sathya Sai Baba".
yang dialih bahasakan oleh Dr I Dewa Gde Malih.

ओम साईं नमो नम:
श्री साईं नमो नम:
जय जय साईं नमो नम:
सद्गुरु साईं नमो नम: