सधन III. SKJ:6

''Banyak orang yang berpikir tentang Tuhan, hanya ketika kesedihan menimpa mereka; sudah tentu itu adalah perbuatan baik; lebih baik dibanding mencari pertolongan dari mereka yang juga mudah terkena kesukaran. Tetapi secara tak terbatas, lebih baik berpikir kepada Tuhan, dalam kesukaran maupun dalam kegembiraan, dalam kedamaian dan dalam perjuangan, disegala cuaca. Bukti adanya hujan adalah basahnya tanah; bukti adanya Bhakti adalah kedamaian seorang Bhakta. Santhi melindunginya dari serangan gencar keberhasilan dan kegagalan, keuntungan dan kerugian, terhormat maupun terhina. Bhakti adalah sungai Gangga, Wairagyam adalah Yamuna, dan Jnana adalah Saraswati dari triveni spirituil. Jnanam adalah kereta langsung kamu hanya menaikinya; itu sudah cukup, ia akan membawamu langsung ketujuan. Bhakti adalah wagon langsung yang di suatu tempat mungkin dilepas dan dihubungkan dengan kereta lain; apabila kamu masuk kedalamnya , kamu tak usah khawatir; selama kamu tetap ditempatmu, ia akan membawamu ke tujuan. Karma adalah kereta api biasa; bila kamu menaikinya, kamu harus naik turun dengan bagasimu di setiap stasiun dan terpaksa melakukan pekerjaan yang lebih banyak untuk sampai ke tujuan.
Bhakti sendiri sudah cukup, apalagi sampai mencapai Jnana. Berakhir pada Samadristhi dan menghancurkan ke-aku-an. Jnana juga dapat memberimu hasil yang demikian. Sekali waktu , Narada memberi pelajaran para gopi, pengembala sapi wanita yang buta huruf, dasar-dasar filsafat, yang disebut Wijnanabodha, Krsna menyetujui. tetapi mereka berkata;'kami tidak ingin akan pelajaran dan ceramahmu.Kami melihat Krsna dimana-mana dan dalam segalanya, sehingga kami tak memiliki Ahamkaram, Kami percaya, ini sudah cukup bagi kami'. Narada mendapatkan bahwa apa yang mereka minta adalah benar; sehingga Narada mengalah''

----Sathya Sai

सधन III. SKJ:5

5.
''yang dekat itu dapat diperoleh dengan bhakti, yang tak dapat bertahan kecuali setelah bebas dari 'aku' dan 'punyaku'. apabila narapidana diambil dari suatu tempat dan dibawa ke tempat lain, dia ditemani oleh dua orang anggota polisi, bukan? bila seseorang yang terpenjara disini bergerak dari suatu tempat ketempat lain, ia juga ditemani oleh ahamkara dan mamakara, ke-akuan dan keterikatan. apabila ia berpindah-pindah tanpa yang kedua itu, kamu dapat memastikan, ia orang bebas, dibebaskan dari penjara''

----sathya sai

सधन III. SKJ:4

4.
''melangkah setapak demi setapak untuk mencapai ujung jalan. satu tindakan disusul dengan yang lainnya, menjadikan kebiasaan yang baik. dengan mendengarkan, kamu dapat bertindak. pastikanlah untuk bertindak, bergabung hanya dengan teman yang baik, hanya membaca buku-buku yang memberi kemajuan, membangun kebiasaan namasmarana (menyebut nama - nama tuhan), kemudian ajnana akan lenyap secara otomatis. anandam akan memancar dari dalam dengan merenungkan anandaswarupa akan mengusir segala kesedihan dan kecemasan''

--sathya sai

सधन III. SKJ:3

3.
''bila kamu menyebarkan benih pada permukaan tanah, ia tak akan tumbuh. kamu harus meletakkannya dalam tanah. demikian pula bhoda, bila disebarkan pada permukaan, tak akan tumbuh, menjadi pohon pengetahuan dan menghasilkan buah kebijakan. tanamlah dalam hati, sirami tanaman itu dengan prema, rabuklah dengan keimanan dan keberanian, semprotlah dengan pestisida bhajana dan sadsanga, sehingga kamu dapat memperoleh keuntungan pada akhirnya. kamu juga belum memulai melakukan sadhana, masih juga kamu menghendaki santhi; mengharapkan karunia. bagaimana mungkin itu terjadi? mulailah! kemudian segala sesuatunya dapat ditambahkan kepadamu''


---sathya sai

सधन III. SKJ:2

2.
''bhakti dapat dikenal sebagai disiplin yang mampu merubah egoisme dan membatasi 'aku' dan 'punyaku'. itulah sebabnya mengapa seorang bhakta dinyatakan oleh mereka yang mengetahui sebagai seorang 'a-wibhakta' dengan tuhan, 'tidak terpisahkan dari tuhan' selalu dalam kondisi apapun. tindakan dan perasaannya berpusatkan tuhan. mestinya bila kamu berdoa dalam keadaan tertekan oleh kesukaran, kecemasan dan kerugian, 'ya tuhan! selamatkanlah aku, bebaskan aku dari petaka ini' dan bila hal itu lewat, bila sekali lagi kamu menerjuni urusan objektif diperbudak oleh tujuan-tujuan duniawi; tingkah laku yang demikian wajar disesalkan''

---sathya sai

सधन III. SKJ:1

1.
''bhakti atau pengabdian kepada tuhan jangan dinilai atau diukur dengan tasbih atau lilin, terek (gambar tanda suruh) didahi, rambut kusam atau gemerincingannya gelang kaki; alasan dan niat suci itulah yang pokok, sehingga prema (cinta kasih), yang merupakan satu komponen bhakti tidak merembes keluar dari hati nurani. tanda-tanda luar bhakti yang sejati, ada tiga, yaitu: kepercayaan, kerendahan hati dan keprihatinan. kepercayaan adalah kemenangan akhir dari kebenaran dan cinta kasih; rendah hati dihadapan orang yang lebih tua dan bijaksana; keprihatinan dalam kehadiran kejahatan; kekhawatiran bercampur dengan teman-teman yang buruk, masuk dalam rencana kejahatan, bertindak yang berentangan dengan bisikan hati nurani. bhakti tidak akan tumbuh dari luar diri manusia; bhakti harus ditumbuhkan dari dalam dengan usaha membersihkan mental, untuk mengetahui hakekat asal mula manusia dan alam semesta, untuk mencoba memegang dengan tangan rohani, hubungan manusia dengan segala objek luar yang sekarang mempesonakan dan menggagalkannya''

--sri sathya sai

सधन II. RJW:62

62.
''hidup cuma sekali; sehingga kamu hanya lahir sekali. janganlah kamu jatuh cinta kepada dunia demikian jauh, sehingga hatimu akan rawan (pikiran yang palsu) membawamu berkali-kali tertipu oleh campuran kebahagiaan dan kesedihan (pengalaman dunia objektif). sedikitnya, kamu mundur sedikit kebelakang, jauhkan diri dari keterlibatan di dunia; sadarilah, bahwa semua ini adalah pertunjukkan yang sutradaranya adalah tuhan, kamu dalam bahaya karena terlibat terlalu jauh dalam duniawi. pergunakanlah dunia sebagai tempat latihan, untuk berkorban, pengabdian perluasan hati nurani, pembersihan emosi. hanya itulah makna dunia ini''

--sathya sai

सधन II. RJW:61

61.
''tidurlah didalam kelambu; nyamuk tidak akan dapat mengganggu; demikian juga janganlah diijinkan nyamuk kesenangan (kama), krodha (kemarahan),  dan yang lainnya, untuk mengganggu dirimu. masuklah kamu dalam kelambu sadhana, selama kamu masih di dunia. wujudkanlah dirimu yang tertinggi didunia, tetapi jangan diijinkan keduniawian memasuki dirimu, itulah pertanda kamu berbudi pekerti (wiweka)''

---sathya sai

सधन II. RJW:60

60.
''manusia mengharapkan kedamaian, kebahagiaan dan karunia untuk dirinya. ini dapat dimiliki dengan membayar pajak dalam bentuk meditasi untuk kedamaian, berdoa untuk kebahagiaan dan rahmatnya dan bermacam-macam disiplin bathin lainnya untuk kebaikan yang sepadan. apabila kamu bekerja separuh waktu (part timer), kamu mendapat imbalan separuh. pada masa kini pengabdi pengabdi separuh waktu mengharapkan imbalan penuh untuk pengabdian yang hanya separuh hati. bagaimana kamu mendapatkannya? apabila kamu hanya memberikan separuh hatimu dan mengharapkan imbalan sepenuhnya dari karunia tuhan, hal itu seperti meminta bayaran penuh untuk pekerjaan yang hanya separuh. apabila kamu menyadari dengan sepenuh hatimu, bahwa segala sesuatu yang kamu lakukan atas karunia tuhan, maka pastilah sepenuhnya akan dikabulkan tuhan. cobalah, kamu akan mendapatkannya''

--sri sathya sai

सधन II. RJW:59

59.
''kebahagiaan yang sebenarnya bertahta didalam hati dan pikiran kita. tanpa menggunakan akal budi kita yang semestinya, tanpa mengembangkan rasa ketidakterikatan terhadap badan kita dan tanpa memiliki rasa percaya terhadap yang bersifat ilahi, kita nampaknya tak akan dapat memetik buah tindakan kita. bila kamu jauh dari keinginan untuk mensucikan hati dan bathinmu dan bila sangat cenderung untuk menikmati keinginan indera-indera, kamu tidak akan pernah memetik buah perbuatanmu, meskipun kamu berdoa kepada tuhan untuk memohon karunia-nya''

---sathya sai

सधन II. RJW:58

58.
'' jika hanya untuk memperhatikan kebutuhan tubuh, berilah makanan tiga kali sehari untuk menjaga kelancaran fungsinya, demikian juga , pergunakan waktu sedikit untuk memelihara kesadaran rokhanimu supaya berfungsi. pergunakan satu jam diwaktu pagi, dan lainnya diwaktu malam dan yang ketiga sebelum matahari tenggelam, brahmamuhurtha saat japam dan meditasi untuk tuhan. kamu akan memperoleh ketenangan sebagai sumber kekuatan yang muncul dari dalam setelah maju dalam sadhana. setelah beberapa waktu, hatimu akan terikat pada nama, kapanpun dan dalam kegiatan apapun juga; akhirnya kedamaian akan menjadi temanmu yang akrab''

---sathya sai

सधन II. RJW:57

57.
''kurangilah keinginan-keinginan, hidup sederhana, itulah jalan menuju kebahagiaan. keterikatan menimbulkan kesusahan setelah disadari; dan akhirnya, ketika kematian menuntut bahwa segala sesuatu harus ditinggalkan dan setiap orang juga ditinggalkan, kamu dikuasai kesedihan. jadilah seperti teratai diatas air, dipermukaan bukan didalamnya. air dibutuhkan oleh teratai untuk pertumbuhannya; tetapi tidak memberikan setetespun untuk membasahinya''

---sathya sai

सधन II. RJW:56

56.
''tinggalkan paham keterpisahan dirimu; lihatlah pada semua mahluk hidup, dirimu; dan dirimu pada semua mahluk hidup. itulah penolakan yang tertinggi, penolakan terhadap indra keakuan yang membuat kamu terikat pada tempat yang sementara ini, bungkusan tulang dan daging, berkulitkan nama dan rupa. latihan spirituil terdiri atas dua hal: renungan pada tuhan dan penemuan realitas, hakekat pembawaan seseorang''

---sathya sai

सधन II. RJW:55

55.
'' untuk dapat memiliki pandangan tuhan, kamu harus membersihkan rokhanimu dan melaksanakan kehidupan yang budiman. kita harus menjaga akal budi kita untuk tidak terlibat dalam isu-isu duniawi. akal budi atau kecerdasan jangan digunakan sebagai alat untuk mengenyangkan jasmani dan menggoda mental. sebaliknya ia harus dipergunakan untuk penyelamatan atma. atma harus menjadi saksi yang tak terpengaruh oleh lingkungannya. kemudian ia berada dalam keadaan niwritti. dalam hal ini kerugian kerja tak ada hubungannya dengan niwritti. hanya pengorbanan keinginan orang sajalah yang ada hubungannya dengan niwritti''

---sathya sai

सधन II. RJW:54

54.
''pikiran juga akan hilang secepat penelitian dimulai, karena hal itu berarti seperti kain yang tersusun dari anyaman benang. setiap helai benang merupakan keinginan, sebuah harapan, sebuah keterikatan. sisihkanlah benang itu dan kain itu akan lenyap. khayal itu ibarat kapas, keinginan adalah benang, pikiran merupakan kainnya. melalui wairagya, anyaman dapat dibongkar. sadhana harus mempunyai pengaman pribadinya, yaitu wiweka dan wairagya. sehingga ia dapat bergerak didunia ini tanpa senjata''

---sathya sai

सधन II. RJW:53

53.
'' ananda yang kamu peroleh, bila kamu baik-baik dan berbuat baik, sudah cukup memberikan inspirasi dan cukup berarti. hindarilah segala godaan jatuh kedalam pergaulan jahat. ini akan memberimu rasa kehormatan diri; kamu akan mampu berdiri diatas dasar tujuanmu; kamu tak usah menundukkan kepala dihadapan siapapun. apabila kamu hidup seperti itu, kehidupan itu sendiri adalah suatu prachara yang baik buat-ku. apabila kepalsuan dan kebencian meraja lela ambillah sebagai ujian dari wiweka dan kshama-mu (kesabaranmu)''


---sathya sai

सधन II. RJW:52

52.
''SESEORANG MEMINJAM UANG DARI YANG LAINNYA DAN BERJANJI UNTUK MENGEMBALIKANNYA SETELAH MATAHARI TERBIT BESOK. YANG LAINNYA ITU BERTANYA; ''BAGAIMANA KAMU MEMASTIKAN, MATAHARI AKAN TERBIT DIHARI ESOK?'' DITANYA BEGITU SIPEMINJAM MENJAWAB, ''TETAPI BAGAIMANA KAMU YAKIN BAHWA AKU MASIH HIDUP UNTUK MENGEMBALIKANNYA ATAU KAMU MASIH HIDUP UNTUK MENERIMANYA KEMBALI?'' SEGALA SESUATU MENGENAI KEHIDUPAN  ADALAH TIDAK PASTI. SEHINGGA, MAJULAH TERUS, SEJAK SAAT INI, AMBILLAH PALING SEDIKIT BEBERAPA LANGKAH YANG MENGARAH TUJUAN, SELAGI KAMU MENDAPAT KESEMPATAN. HANYA DENGAN USAHA ITU SAJA MUDAH-MUDAHAN TUHAN BERKENAN MEMBERIKAN KAMU KESEMPATAN HINGGA KAMU MENCAPAI TUJUAN''


---SRI SATHYA SAI BABA

सधन II. RJW:51

51.
''badan adalah wahana yang kamu harus pakai untuk mencapai keadaan bahagia sehingga ia harus dijaga agar sehat dan kuat untuk mencapai tujuan yang tinggi tersebut. ia adalah alat sadhana yang telah diterima karena jasa kehidupan sebelumnya. setiap saat ia berjalan menuju kehancuran sehingga waktu jangan dibuang untuk mengejar hal-hal yang tidak bermanfaat. adalah lebih baik kita menganggap badan sebagai wahana yang bermakna terbatas, dari pada diangkat ketingkat ada dan akhir dari seluruh kehidupan. perlakukanlah sebagai luka yang memerlukan verban (pakaian), obati dengan obat (makanan) dan bersihkanlah (mandi dan minum), kamu dapat melepaskan diri dari keterikatan diluar batas; hanya dengan cara demikian''

---sri sathya sai

सधन II. RJW:50

50.
''apabila setiap orang memeriksa hal ini, apakah kecakapanku? apakah kedudukanku? , ia akan segera menyadari kehancurannya. apakah mau seekor harimau, bagaimanapun laparnya, makan jagung goreng atau biji jambu mente? kejarlah tujuan yang sesuai dengan kelahiranmu; bagaimana mungkin seekor burung kakaktua dapat merasakan manisnya buah mangga, kalau ia mematuk buah pohon kapas? jadikanlah usahamu sesuai dengan martabat tujuan. jangan menjadi lemah dalam usaha, apapun hambatan itu, betapapun jauhnya perjalanan itu''

---sri sathya sai

सधन II. RJW:49

49.
''kedamaian dan kegembiraan yang ia dapatkan sekarang, hanya bersifat sementara; sekarang datang, dan pergi pada waktu beberapa menit berikutnya. kesakitan mengakhiri kegembiraan; kegembiraan karena absennya kesakitan. mengapa manusia harus hidup bertahun-tahun--suatu beban bagi dunia, amat banyak beras dan gandum yang dipergunakan tahun demi tahun, tanpa keuntungan balik berupa kesenangan dan ketenteraman bagi diri seseorang. cahaya lampu petromax akan menyala terang, apabila kamu pompakan angin dengan giat, yaitu hendaknya kamu sibuk dalam sadhana dan terangilah akal budhimu baik-baik dan pancarkan penerangan kepada semua orang yang mendekatimu''

----sathya sai

सधन II. RJW:48

48.
''hanya dengan sadhana, rahasia benda-benda atau rokhani dapat diketahui, dikuasai dan dipergunakan untuk keuntungan seseorang. didalam wiweka-cudamani, sankara mengatakan: ''apabila nikshepa atau harta kekayaan melingkar mengelilingi perut bumi dikeluarkan hanya dengan memanggilnya saja, itu tak dapat menolong. kamu harus mengetahui dengan pasti dimana letaknya, dengan pertolongan seorang ahli berpengalaman dan mengeluarkan karang, batu-batu dan pasir; mengambilnya dan membawanya keatas tanah" begitu pula tattwa sang diri, haruslah dipelajari terlebih dahulu dengan tuntunan seseorang yang telah mengetahui brahman; kemudian proses manana, dhyana, nididhyasana harus dialami''

---sathya sai

सधन II. RJW:47

47.
''seseorang haruslah mempraktekkan ketidakterikatannya pada setiap langkah, atau yang lain, kelobaan dan kekikiran akan menguasai hakekat manusia yang lebih baik.
hakekat itu adalah bersifat ilahi, karena tuhan adalah bahan dasar manusia sebenarnya, yakni sebuah nama dan rupa. untuk mewujudkan hal ini , seseorang harus memiliki dan mengembangkan sadhana-catushtaya, yaitu:


nithyaanithya wiweka (membedakan antara yang tidak berobah dengan yang berobah, yang kekal dengan yang sementara ) umpamanya; dengan mengetahui bahwa bumi atau alam raya secara pasti mengalami perobahan dan pergantian, hanya brahman yang tak berobah (stabil);
ihaamutra-phala-bhoga-wiraaga: membebaskan diri dari kesenangan yang diperoleh di sorga, setelah mencapai kepastian, bahwa itu akan pudar dan penuh dengan kesedihan.
samadamaadi-shatkasampaththi: dan pencapaian 6 kecakapan yang diinginkan; pengendalian terhadap indra-indra luar dan dalam dan pancaindra yang tepat, ketabahan ditengah-tengah kesedihan dan kesakitan, kegembiraan dan kemenangan.
uparathi: pengunduran diri dari semua kegiatan yang menimbulkan akibat yang mengikat.
sraddha: kepercayaan atau keimanan yang teguh kepada guru dan teks-teks yang beliau terangkan.
samaadhanam: juga pada perenungan dasar brahman, tanpa terganggu oleh gelombang pemikiran yang lain. meskipun susu dibuat diseluruh badan lembu, kamu harus mempercayakan pada empat buah puting susu untuk memperolehnya; juga 4 sadhana atau puting susu, harus diperah untuk memperoleh kemajuan jnana.''

----sathya sai

सधन II. RJW: 46.

46.
''rahasianya; bukalah pancuran kebahagiaan didalam hati; yang tak pernah gagal, senantiasa penuh, sejuk segar, karena ia keluar dari tuhan. apakah jasmani atau badan itu? itu adalah atma yang terbungkus dalam lima buah selaput, yaitu:
annamaya--selaput yang terdiri dari bahan makanan.
pranamaya---selaput yang terdiri dari daya hidup.
manomaya---selaput yang terdiri dari pikiran.
wijnamaya -- selaput yang terdiri dari akal budhi ( kecerdasan)
anandamaya---selaput yang terdiri dari kebahagiaan.
dengan perenungan yang terus menerus terhadap selaput (kosas) itu, para sadhaka mempertimbangkan untuk mundur atau menghindari satu persatu dari lapisan yang terluar sampai yang terdalam, yang lebih nyata, yaitu ananda. jadi secara bertahap meninggalkan kosa (selaput) itu satu persatu, sehingga mampu meluluhkan semua untuk mencapai pengetahuan tentang kesatuannya dengan brahman.''

--------(sathya sai)

सधन II. RJW: 45


45.


" Setiap inra adalah lubang pintu pengeluaran tenaga manusia , kearah yang mengikatnya dengan dunia objektif. Indra itu diperintah oleh manah untuk bergerak keluar dan mengikatkan diri pada sasaran. manusia harus berusaha menundukkan manah itu dengan akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka), dengan demikian manah akan menolong , kalau tidak malah merugikan. Badan adalah kuil Tuhan; Beliau bersemayam dalam hati nurani; akal budhi atau kecerdasan adalah lampu pada altaar ; sekarang setiap hembusan angin yang bertiup melewati jendela dari indra mempengaruhi nyala lampu  dan meredupkan cahayanya, mengancam nyalanya. Nah tutuplah jendela itu; jangan dibuka yang memungkinkan daya tarik langsung benda-benda. Peliharalah Kecerdasan atau budhi supaya tetap tajam, hingga mampu memotong manah seperti intan yang mampu mengeluarkan kilat sinar, padahal tak ubahnya sebagai batu kerikil. Membedakan, Nithyaanithya-Wastu Wiweka, adalah alat yang penting untuk kemajuan spirituil. Akal budhi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang tak terbatas, yang sementara dengan yang kekal. itulah gunanya yang masuk akal. Sangkaracarya memberi judul karyanya atas prinsip Adwaita sebagai Wiweka -Cudamani, karena beliau ingin memberi penekanan pada nilai wiweka untuk menyatakan peleburan kehidupan dan Ke Esaan Alam Semesta."

(Sathya Sai )

सधन II. RJW: 44

44.

" Sekarang mungkin timbul keraguan terhadap Artha-Bhakta , seseorang yang berpaling kepada tuhan, untuk melenyapkan penderitaannya. Kemungkinan timbul pertanyaan, apakah orang semacam itu dapat disebut Bhakta. Tak seorang manusia pun di dunia ini yang tidak menderita kekurangan atau yang lain. Masing-masing tergantung kepada yang lainnya untuk memenuhi keinginannya, bukan?
Sekarang, keinginan terhadap benda-benda, sebenarnya salah; dan bersandar pada orang lain agar memenuhi kebutuhannya, maka kesalahannya akan menjadi lebuh besar. Seorang Artha Bhakta berpaling bukan kepada manusia, tetapi kepada Tuhan, kepada siapa ia menaruh kepercayaan dan penghormatan; ia hanya memohon kepada tuhan saja, agar memenuhi permintaannya. Meskipun salah untuk mendapatakan kebutuhannya, ia menghindari kesalahan besar dengan menaruh kepercayaan kepada sifat yang lebih rendah derajatnya, selain Tuhan. bukankah seorang Artha Bhakta itu termasuk orang yang istimewa? Keutamaan dari sikap dapat dilihat bila kamu mengetahui, bahwa tidak ada keinginanmu yang penting yang kamu harapkan mampu memenuhinya. Tujuannya adalah Tuhan; yang Pemurah dan Pemberi. Kemuliaannya sendiri dapat memberikan berkah; .......sehingga bila kepercayaan ini dimantapkan, kamu dapat meastikan bahwa Artha -Bhakta sangatlah berharga.

Ketiga tipe Bhakta yang disebut dalam Bhagawadgita, yaitu: Aartha-bhakta, Arthaathi-Bhakta, dan Jijnasu, semuanya memuja Tuhan dalam wujudnya yang mutlak, sebagai Paroksha. Mereka mencari tuhan sebagai sarana untuk mewujudkan harapannya  atau tujuannya. Sudah barang tentu ketiga Bhakta tersebut selalu dalam sikap Bhakti, berdoa dan selalu mengingat tuhan, pada setiap saat.

Jnani, bhakta tipe keempat yang dibicarakan bhagawadgita, memiliki Eka-Bhakti, sedang yang tiga lainnya memiliki Aneka-Bhakti; yang terikat kepada obyek atau status obyek yang mereka harapkan dan untuk keperluan itu mereka bertiga sangat terikat juga kepada tuhan. Mereka tidak hanya mengabdi kepada Tuhan, tetapi juga kepada dunia objektif. jnani tidak memalingkan perhatiannya kepada sesuatu selain Tuhan. Walaupun ia mungkin melakukannya, ia melihat Tuhan dimanapun matanya tertuju. Itulah sebabnya Tuhan menyatakan bahwa Jnani itulah yang paling disayang. Sudah tentu semuanya sama bagi Tuhan, tetapi diantara mereka yang telah mencapai keberadaan-Nya  dan ada disana, Prema adalah pasti, Pratyhaksha segera diperoleh , secara langsung diketahui dan dialami. Sehingga, dapat dipastikan bahwa jnani adalah yang paling dekat dengan tuhan dan paling disayang."


(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 43


43.

"Kebijaksanaan yang datang dari pengalaman yang nyata seperti air hujan, bila dibanding dengan air laut yang rasanya asin dan tak dapat diminum. Oleh pengaruh sinar matahari, garamnya dipisahkan dan airnya menguap keangkasa menjadi segar dan menghidupkan. Sadhana yang merobah pisik menjadi metafisika adalah kekuatan sinar matahari yang menganugrahkan air laut untuk diminum, sebagai air hujan yang menghidupkan."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 42

42.

" Kamu harus mengusahakan dirimu dalam Karma -Jinasa, kemampuan untuk membedakan pilihan karma atau aktifitas; kemudian kamu harus memasuki daerah Dharma-Jijnasa, suatu pencarian (penyelidikan) hukum kekekalan atma yang membentuk dan menentukan gelombang kesadaran (peny.;BG. IX-1,34). Akhirnya , kamu memasuki hal pembebasan melalui Brahma-jijnasa, Sadhana yang meyakinkan kamu tentang kenyataan yang Maha Tunggal dan ketidaknyataan dari kebhinekaan, dunia yang tampak didasari oleh Brahman Yang Nyata"


(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 41

41.

"Bermacam-macam orang masa kini menyebut dirinya jnani.Barangkali mereka tidak mengetahui, bahwa seorang jnani ditandai oleh sifat-sifat tertentu. Tanda tertentu yang menandai kebenaran Jnani sejati adalah pernyataan yang berdasar atas pengalamannya: "Waasudewassarwamidam". Semua ini adalah Wasudewa. Ketetapan penyesuaian dari pengalaman adalah pertanda benar dari seorang Jnani.Dengan Wasudewa disini dimaksud bukan putra Wasudewa, tetapi 'Ia yang melihat Tuhan' disemua mahluk hidup Tempat PersemayamanNya, Niwaasa-Nya, Hanya yang meluhat Tuhan di semua mahluk hidup sebagai Tempat Kedudukannya, berhak disebut Jnani. Yang lainnya menyebut diri jnani hanya sebagai nama saja. mereka tidak mempunyai pengalaman Jnani yang sesungguhnya. Apa yang sebenarnya disebut jnani?. Memiliki pengetahuan yang memungkinkan kamu untuk memiliki pengetahuan keseluruhan-Nya; Sehingga memungkinkan kamu untuk tidak membutuhkan pengetahuan lainnya."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 40


40.

"Beberapa teks suci mengajak kita untuk menemukan kesatuan dalam kebhinekaan dan mengenal kebhinekaan dalam kesatuan. Ini telah diajarkan, tetapi kita belum menemukan seseorang dengan tindakannya pulang kerumah membewa kebenaran itu kedalam hati kita. Apabila kita ingin mengenal kesatuan dalam kebhinekaan, pertama-tama kita harus mengerti arti istilah ini. Kita dapat dengan mudah mengatakan    menyisihkan kesedihan dan menemukan kebahagiaan adalah jalan sederhana yang menuntun kearah penerangan rohani. Pun dalam hal ini kita harus mengetahui hakekat dari kesedihan. Hanya dengan demikian kemudian kita dapat menghancurkan dan menyisihkannya. Kadang-kadang bila kita memperhatikan satu pengalaman adalah penuh kesedihan, tetapi setelah lewat beberapa saat berobah menjadi kegembiraan. Dan bila kita mengira sebuah pengalaman adalah sebuah kasus kegembiraan, namun hal itu dapat berobah menjadi kesedihan atau kesusahan akhirnya."


(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 39


39.

" Meskipun sebagai persamaan, penggunaan obat luar, kita menjalankan praktek dan Sadhana tertentu, kita juga harus mewujudkan makna bathin dari Sadhana dan praktek tersebut. Inilah perwujudan makna bathin dari praktek seperti itu, yang merupakan obat dalam yang diminum. Bhagavadgita adalah sari dari semua upanishad yang mendidik kita bagaimana kehidupan harus dikuasai  secara rokhani. Didalam bab 6, sloka 32 dari Bhagavadgita, kita diajar bagaimana pembersihan bathin dan pensucian dapat dipengaruhi. Sifat-sifat yang baik seperti kebaikan, rasa kasihan, cinta kasih (prema) suka berkorban, membuat manusia berjasa dan patut disebut penyembah atau Jnani atau seorang yang telah mencapai Wairagya atau bebas dari pengaruh dunia luar."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 38


38.

" Air laut itu asin jika langsung diambil dari laut dan dapat disamakan dengan "Sastra Jnana" atau buku pengetahuan. Air yang didapat dari sungai  telah berobah rasanya dan sedap. Air kali ini disamakan dengan "Anubhawa Jnana" atau kebijaksanaan yang didapat dari pengalaman. Melebihi dari pengetahuan yang didapat dari membaca  Sastra, kamu harus menghargai pengetahuan yang didapat melalui pengalaman. Dengan mengabil pengetahuan dari Sastra kamu dapat menyempurnakannya menjadi kebijaksanaan pengalaman dengan menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 37


37.

"Para Jnani bebas dari Maya; tidak terpengaruh oleh Triguna Rajas, Tamas, bahkan Sattwa. Jijnasu atau pencari pengetahuan Kebenaran, berbeda, tetapi ia menggunakan waktunya untuk merenungkan secara terus-menerus pada Tuhan, dengan ketaatan dan pikiran-pikiran suci. Dan yang dua lainnya seperti Arthaarthi dan Aartha, mengumpulkan pengalaman-pengalaman yang dapat meningkatkan kerealitas dan dengan demikian merobah diri menjadi Jijnasu. Dan kemudian meningkat menjadi Jnani dan diselamatkan. Tujuan dapat dicapai langkah demi langkah. Kamu tak dapat mencapai tujuan dengan sekali lompatan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 36


36.

"Apakah penyebab dari A-jana? Akan Aku katakan padamu bahwa hal itu disebabkan oleh karena kamu menyamakan dirimu dengan jasmanimu, khayalan bahwa dirimu adalah badanmu. Hal ini hanya dapat dirubah dengan pengetahuan yang benar. Untuk menghilangkan kegelapan, sinar cahaya diperlukan; kamu tidak dapat menakutinya supaya pergi, juga tak dapat membuatnya mengalah hanya dengan doa atau permohonan atau protes. Tanpa lampu yang dinyalakan , kegelapan tidak akan lenyap bagaimanapun kamu mencobanya. Demikian juga A-jnana, tidak akan hilang hanya dengan berharap saja. Sekali kamu memahami sifat dan percabangan sifat dari A-jnana ini, kebenaran akan terbuka dan kesedihan akan lenyap."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 35

35.

``Realisasi diri adalah lain kata dari: "Aku adalah kebenaran diriku" atau " Aku telah mengenal diriku" atau " Semua adalah Atma" atau "Aku mengalami bahwa pribadi dan alam semesta tidak ada bedanya". Inilah yang harus mereka ketemukan untuk diri mereka masing-masing; tanpa pengertian ini, pertapaan saja hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga belaka. Manusia tidak hanya bersifat binatang. manusia memiliki percikan rohani Tuhan dan ia harus mempertahankannya agar tidak musnah.``

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 34


34.

"Para Sadhaka dipertengahan usaha mereka, kadang-kadang membayangkan Tuhan seperti kurang kemuliaan-Nya daripada yang sesungguhnya. Mereka mengira Tuhan membedakan orang berdosa dengan yang suci, yang baik dengan yang buruk, Jnani dengan yang A-Jnani. Perbedaan-perbedaan ini tidak berdasar. Jadi Tuhan tidak membeda-bedakannya. Seandainya memang kenyataannya demikian, tidak ada orang yang berdosa mampu hidup menghadapi kemurkaan-nya didunia meskipun hanya semenit. Semuanya masih hidup di dunia, karena tuhan tidak membedakannya. kebenaran ini hanya dipahami oleh para jnani. Yang lain nya tidak menyadari hal ini. Mereka menderita kepercayaan yang palsu bahwa tuhan berada sangat jauh dari mereka"

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 33


33.

" Apabila seseorang telah mencapai suatu keadaan perwujudan sifat keilahian dalam setiap mahluk hidup, apabila setiap sarana pengetahuan memberikan pengalaman terhadap keilahian tersebut, bila hanya atma itu saja yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba, manusia menjadi bagian dari tubuh Tuhan, Hidup dalam-nya dan bersama-Nya. Apabila tugas dan kemajuanmu sendiri telah kamu laksanakan, kamu akan mendapat kekuatan yang baru, bahkan pada langkah yang pertama; kamu akan terharu dengan kegembiraan baru yang lebih murni; kamu merasakan kebahagiaan yang penuh dan kamu akan disegarkan oleh kesucian yang baru."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 32


32.

" Ada 4 hal dimana setiap orang harus memperhatikannya:
1. Siapakah diriku ini?
2. Dari manakah asal mula diriku ini?
3. Akan kemanakah aku ini pergi?
4. Untuk berapa lamakah aku berada disini?
Kitab Catur Weda memberikan jawaban terhadap keempat pertanyaan tersebut. Semua pertanyaan -pertanyaan spiritual dimulai dengan keempat pertanyaan itu dan usahakan untuk mendapatkan jawabannya. Andaikata ada surat dimasukkan kedalam kotak surat tanpa alamat kemana surat tersebut harus dikirim atau dari mana surat itu berasal; surat itu tidak akan sampai dimana-mana. Adalah suatu pengorbanan atau kesia-siaan untuk menulisnya. Demikian juga keadaannya, adalah suatu hal yang sia-sia untuk lahir kedunia ini, apabila tidak mengetahui darimana asal kita datang, kemana kita akan pergi. Surat itu akan dikumpulkan sebagai surat-surat buntu. Sang jiwa atau Atma akan terperangkap kedalam siklus lahir mati dan tak akan pernah menemukan dirinya. untuk ini. Atmawichara (penyelidikan roh) dan untuk mendapat jawaban yang benar, Sadhana sangat penting. Jawaban ini harus merupakan bagian dari pengalamanmu."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 31



31.

"Halangan terbesar dijalan penyerahan diri (Saranagathi), adalah egoisme, ahamkara dan mamakara (keakuan, keangkuhan, kemilikan). Hal itu merupakan sifat dari kepribadianmu sejak lama dan mengirim sungutnya  semakin dalam bersama pengalamanmu pada setiap kelahiran. Hal itu dapat dipisahkan hanya dengan menggunakan sabun kembar Wiweka dan Wairagnyam."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 30


30.

"Kamu harus tumbuh dari hari kehari, tidak saja secara jasmani, tetapi juga secara rokhani. Berapa lama kamu belajar disekolah dasar, belajar huruf-huruf dari alphabet.? Bangkitlah , harapkanlah sebuah ujian, luluskan dan maju kekelas yang lebih tinggi."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 29


29.

"Atma itu berada di mana-mana; jangan lah mengira atma hanya berada pada seseorang yang berkasta tertentu, warna tertentu, dan kepercayaan tertentu; atau pada orang gemuk yang berukuran besar atau pada orang yang pintar, yang kaya. Itu selalu tetap Sat, Cit, Ananda pada setiap mahluk. Sadhana harus dilakukan terus menerus untuk memperoleh pandangan ini,"

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 28


28.

"Dahulu kala telah dibuat jalan raya utama untuk memperkuat semangat dan mencapai Kebenaran dengan sarana tersebut. Mengapa berkelana dalam pemborosan yang sulit atau dijalan yang penuh lumpur? Praktekkanlah Sadhana , japam, dan Dhyana seperti tertulis; ketahuilah semuanya, dari para Pundit atau lainnya yang mempunyai pengalaman. lakukanlah Puja dengan bunga, Japam dengan tasbih dst. , tetapi hanya sampai kamu siap dengan usaha yang lebih tinggi. Kamu harus mempersembahkan sebuah tanaman, bukan bunganya, yang akan memberkahi tanamannya, bukan kepadamu. Tuhan menghendaki kamu mempersembahkan kembang teratai yang mekar di danau hatimu, buah yang masak di pohon sepanjang jalan hidupmu, bukan kembang teratai dan buah yang bisa didapat di pasar! Kamu mungkin bertanya: Dimanakah kita bisa menemukan Tuhan? baiklah, beliau sudah memberikan alamat-Nya, dalam Bab 18, sloka 61 dari Kitab Bhagavadgita. Perhatikan dan catatlah: "Iswarah sarwa bhutanam hriddese' Arjuna tistati': O Arjuna Tuhan bertahta dihati setiap mahluk". Sekarang setelah mengetahui hal tersebut, bagaimana kamu dapat merendahkan terhadap suatu mahluk dengan jijik atau bagaimana kamu bisa bersenang-senang dengan membencinya atau memanjakan diri dengan mentertawainya diwaktu yang telah lewat itu? Setiap pribadi diisi dengan kehadiran Yang bersifat ke-ilahian, digerakkan oleh sifat keilahian. Cintailah, hormatilah, dengan penuh rasa persahabatan, itulah yang setiap orang berhak mendapatkannya darimu. berikanlah ini dengan ukuran sepenuhnya . Karunia tuhan tidak akan dapat diperoleh dengan sedikit berpura-pura Wairagyam atau hanya sebutir Wiweka. Kenali dan bertindak-lah; nyatakanlah dan alamilah, itu adalah jalan yang berat. Serahkanlah dirimu atas kemauan Beliau."

(Sathya Sai Baba )

सधन II. RJW: 27


27.

"Kenyataannya, letak Puttaparthi hanya 16 mil jauhnya; namun Aku telah datang seperti ini ke Penukonda ini, baru dua kali - sekali waktu Krisnarao membawa-Ku untuk mengetuai Kompetisi Atletik Daerah dan sekarang Krishnadewaraja yang membawak-Ku. Aku mengharap untuk bersama-sama menikmati Kebahagiaan-ku, sehingga Aku kira kamu hanya harus mengundang-Ku dan Aku akan bersama Kalian. Aku tahu kalian belum memahami diri-ku; kamu hanya melihat Aku dari jauh, melalui ribuan orang yang meliwati kotamu untuk datang kepada-ku. Apabila kamu memahami sedikit kepercayaan  mereka dan kegembiraannya, kamu akan mendapat ganjaran yang banyak. Aku dicemaskan-kalau boleh perasaan itu disebut cemas- yaitu sementara orang-orang dari pelosok-pelosok yang sangat jauh dari negeri ini dan bahkan dari manca negara datang mengambil manfaat atau keuntungan, sedang orang-orang Penukonda mengingkari dirinya mendapat kesempatan untuk membagi Ananda-ku. Penukonda, sebuah kota yang mendapatkan namanya dari sebuah gunung yang sejak dulu merupakan tumpukan batu-batu, meskipun sebenarnya tumpukan yang besar dan tertinggi.Hatimu harus menjadi Konda yaitu pincak gunung yang tertinggi dan dipuncaknya, seperti Aruna-giri. Sinar pengetahuan harus menyala seperti rambu lalu lintas jalan. Pelajari, alami dan berbahagialah. Kendalikan, salurkan dan pasti terjamin. Bukan soal kalau kamu tak percaya kepada-ku atau kepada tuhan. Percayalah kepada dirimu sendiri, itu sudah cukup. Oleh karena itu, siapakah dirimu sebenarnya? Masing-masing dari kamu semua adalah ke-ilahian, apakah kamu mengetahui hal itu atau tidak."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 26


26.

" Bila magnet tidak menarik jarum, kesalahan terletak pada kotoran yang menutupi jarum. Apabila Tuhan tidak mendekat kearah "sadhaka", kesalahan terletak pada hati nurani sadhaka yang belum cukup bersih."

(Sathya Sai )

सधन II. RJW: 25


25.
" Hanya orang-orang yang sakit, sekarang mengeluh sakit lambung yang disebabkan kelebihan makan dan kurang latihan olah raga. Bagaimana tuhan akan menyatakan Diri-Nya apabila pencari tuhan mengendarai mobil besar mulus mengkilat dan berpegang teguh pada kehidupan rutin yang mewah? Rindukanlah untuk bisa melihat Dia yang bertahta didalam dirimu, jangan hanya mengusahakan badanmu selamat, didandani dan dimanjakan dalam kenikmatan yang mahal. Ada beberapa Sadhaka ultra modern yang tidak mau melintasi ambang pintu mereka, atau mengeluarkan sedikit uang, atau menggerakkan otot, tetapi tetap mengharap realisasi diri itu bisa jatuh secara lembut di pangkuannya dari Guru atau Tuhan, yang dia perkirakan dapat dimanipulasi dan disuap. Dan memang ada Guru-guru yang melaksanakan hal tersebut, sehingga mereka dapat menimbun."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 24


24.

"Lakukan segala perbuatan sebagai persembahan kepada Tuhan; jangan membedakan sebagai "ini pekerjaan-Ku" dan  "itu pekerjaan-nya". Semua pekerjaan adalah milik-Dia; Dia yang mengilhami, Dia yang menolong, Dia yang melaksanakannya, Dia yang menikmati, terserah kepada-Nya, Dia yang memungut hasilnya, Dia yang menanam. Dia saja yang ada, karena, segala keanekaragaman ini adalah Dia, terlihat melalui cermin alam! Segala sesuatu adalah untuk pencapaian Yang Maha Tinggi, untuk dimanfaatkan bagi tujuan tertinggi tersebut. Tak sesuatupun yang dipergunakan sebagai itu sendiri, untuk itu sendiri. bagi Sai Bhakta, hanya inilah cara hidup yang benar. Bukan "padartham" (tanpa obyek); segalanya "parartham" (hanya objektif). Dan objektif itu adalah Perwujudan dari Realitas, itulah Atma, Tuhan."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 23


23.

" Kehidupan adalah khayalan belaka, yang datang dari hujan yang tak tampak; ia jatuh kedalam samudera yang tak dikenal. Pada suatu peristiwa ada seorang laki-laki yang diganggu oleh sekelompok sanak famili, ketika ajal tiba. Orang tua, istri, anak-anak dan saudara-saudaranya mengelilingi tempat tidurnya, pada saat terakhirnya dan merata. Mereka menanyainya: "Apakah yang akan terjadi pada kita semua?" . Orang yang akan mati itu mengangkat kepalanya sedikit keatas bantal dan balik bertanya: "Apakah yang terjadi padaku Aku sekarang lebih tertarik pada persoalan tersebut, daripada kecemasan tentang apa yang terjadi padamu".
Baiklah, seharusnya setiap orang lebih baik menanyakan pertanyaan tersebut sejak dini dan melengkapi diri dengan jawabannya, daripada menunggu hingga nanti terlambat." untuk jadi apakah aku ini?", "Apakah yang sharusnya kulakukan?", Pertanyaan-pertanyaan ini harus kamu pikirkan dan usaha kan mendapat jawabannya."

(Sathya Sai)

सधन II. RJW: 22


22.

" Untuk mencapai kesempurnaan ini, kamu harus mengambil satu langkah setelah langkah sebelumnya. Perbuatan-perbuatan baik seperti puja, japam, dhyanam, ketaatan pada janji dsb., semuanya adalah 'langkah' ; berpikir yang baik, seperti doa-doa untuk membedakan yang lebih besar, lebih banyak kesempatan membantu orang lain, juga pertolongan. Lambat, dengan kemantapan, berisikan pikiran; tajamkan kecerdasan, bersihkan indra-indra dan dapatkan karunia-nya."

(Baba)

सधन II. RJW: 21


21.

" Akal budhi yang digerakkan hanya oleh kebenaran dan Kesadaran Rokhani tidaklah tahan terhadap kekotoran dari kejahatan atau sifat buruk dari keduanya, yang merupakan prasyarat (yang sebelumnya harus dipenuhi) untuk mencapai cita-cita. inilah yang disebut Aasthi (kekayaan) yang memungkinkan seseorang menjadi Aastika. Akal budhi harus meneliti sejauh kemampuan, masalah-masalah yang mendasar, seperti: mengapa ada kelahiran ini, kemanakah tujuan hidup ini, dari mana petualangan berasal, apa pengaruh usaha manusia atas kehidupan ini dan kehidupan mendatang dst. Kesadaran haruslah menyelami kedalaman dari ke-Tuhanan yang mendasarinya."

(Baba)

सधन II. RJW: 20


20.

" Akibat dari perziarahan, kebiasaanmu akan berubah kearah perbaikan; pandanganmu lebih luas, pandangan rohani lebih dalam dan lebih mantap. Kamu harus menyadari kehadiran Tuhan dimana-mana dan kesatuan dari kemanusiaan. Kamu harus belajar tenggang rasa dan sabar, berderma dan mengabdi. Kamu harus mencari hikmahnya, apabila perziarahan telah usai dan duduklah untuk merenungkan kembali pengalaman itu, semakin meningkat, memperkaya dan lebih memastikan Realisasi K-tuhanan itu, Aku memberkahimu agar kamu membangun kepastian sikap dan berjuang langkah demi langkah untuk mencapai tujuan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 19


19.

"Milikilah kepercayaan pada dirimu sendiri, pada kemampuan dirimu untuk berpegang teguh pada jadwal Sadhanamu, pada kemampuanmu untuk mencapai perwujudan. Kalau kamu tidak percaya pada gelombang, bagaimana kamu bisa mempercayai lautan? Segumpal kecil baja, dapat menjadi sebuah jam tangan yang bagus dan berguna, dengan menggunakan kecerdasan dan keterampilan; tak dapatkah manusia dirubah menjadi seorang bijaksana, yang mampu mewujudkan Realitas Utama dengan peralatan Wiweka dan Wairagya? Kitab-kitab suci dari semua agama membantu manusia untuk mencapai tempat damainya yang kekal. Semua penginapan kafilah dibangun untuk menolong para penziarah dalam perjalanan untuk mencapai  tujuan. Mereka mengaso sebentar disana dan mendapat keterangan untuk perjalanan berikutnya, dan kemudian bergerak maju dengan tenaga segar.
Kesukaran yang dijumpai dijalan, sering diterima dengan rasa sebal oleh penziarah dalam perjalanan spirituil; tetapi cobaan ini harus diterima sebagai jalan keselamatan. Apabila kamu memasang paku ditembok untuk menggantungkan gambar; sebelum gambar dipasang, kamu memastikan apakah paku itu sudah kuat menancapnya dengan jalan menggoyangkannya; bila kamu sudah merasa pasti bahwa paku itu tidak akan bergoyang walaupun dengan menggunakan seluruh tenagamu; kamu merasa cukup berani untuk memasang gambar tersebut. Kamu harus siap menerima ujian-ujian, karena hal itu dapat memberi keyakinan dan menjamin kemajuan.
Jangan mendengarkan perkataan orang lain. percayailah pengalamanmu. Apapun yang mententeramkan dan membahagiakan, Atmanandam, percayailah hal tersebut. Itulah yang menjadi dasar yang nyata dari kepercayaan (Sraddha). Mengapa kamu harus menanyakan sesuatu hal itu kepada semua orang apakah itu garam atau gula? bukankah suatu kebodohan menanyakan hal itu berkeliling? Cicipilah sedikit dengan lidahmu sendiri; hal itu sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Apa yang kamu kerjakan adalah menolak garam yang dikatakan, sedang yang kamu alami membuktikan bahwa itu adalah gula secara sederhana  dapat ditekankan karena orang lain tidak mencoba nya seperti apa yang kamu lakukan; namun berani memaklumkan bahwa itu adalah garam atau orang itu mungkin sedang menderita sakit panas sehingga merasakannya pahit."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 18


18.

"Kamu dapat memperoleh dorongan nyata dan inspirasi untuk melayani sesama, hanya setelah kamu bebas dari pengenalan bahwa dirimu adalah badan. Apabila seseorang menderita sakit maag yang akut, matanya meneteskan air mata. Mengapa? Karena, macam-macam organ tubuh, seperti mata, lambung, dan lain-lainnya, semuanya itu dari tubuh yang sama. Demikian juga bila satu orang menderita matamu mengeluarkan air mata dan kamu didorong untuk menghilangkan penderitaannya. Ini akan terjadi, apabila kamu mengetahui bahwa kamu dan dia adalah anggota badan dari Tubuh Ilahi yang sama. "Bheda-bhawa", timbul karena ketidaktahuan akan Kebenaran. Bila orang marah, giginya gemertak, tetapi dia jaga untuk tidak menggigit lidahnya, karena lidah itu miliknya; bila secara kebetulan, lidahnya tergigit, ia tak akan memukul giginya, karena giginya adalah miliknya. Demikianlah juga orang sakit, orang miskin, orang tak berpendidikan, orang jahat, semuanya adalah anggota tubuh yang sama, dimana kitapun adalah bagian-bagiannya. Arus yang sama mengaktifkan semuanya. Untuk mewujudkan hal ini dan bergabung dalam Kesatuan itu, itulah kegunaan hidup dalam bentuk tubuh manusia. untuk kesempurnaan ini, buah-buah dari "Wishayawasana" (keterikatan terhadap obyek-obyek indera), haruslah dibersihkansecara seksama. Sebuah kebun mungkin kelihatan gundul dan mati; tetapi curahan hujan yang pertama akan merobahnya menjadi hamparan yang kehijauan; biji-biji rumput didalam tanah tumbuh akibat sentuhan kelembaban. Demikian juga pada kontak pertama dari godaan, "Wishayawasana" orang-orang bermunculan dan menghalangi tumbuhnya Sadhana spirituil."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 17


17.

"Manusia harus terus maju kearah"balam", kekuatan; ia seharusnya tidak menerima ketidakbenaran, kejahatan, penipuan- hal mana kesemuanya menunjukkan watak pengecut yang sangat fatal, "balaheenam". Balaheenam dilahirkan untuk menerima sebagai kebenaran sebuah citra rendah tentang dirimu, dari pada kenyataan apa yang dijaminkan. Kamu mempercayai dirimu adalah kulit, padahal sesungguhnya kamu itu isinya. Itulah kesalahan yang paling utama. Segala Sadhana harus ditujukan untuk menyisihkan kulitnya dan menyelamatkan isinya. Selama kamu membicarakan"aku", disana timbul rasa takut, tetapi sekali kamu berkata dan merasakan, aku adalah Brahman, Aham Brahmasmi, kamu mendapatkan kekuatan yang tak dapat ditaklukkan."

(Baba)

सधन II. RJW: 16


16.

" Apakah tujuan yang sebenarnya dari semua Sastra, bhagawatham Purana, ceramah-ceramah ini dan Harikatha? Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. ini semua adalah untuk menjelaskan kepada manusia, kebenaran tentang dirinya sendiri. Tidak ada bagian-bagian yang menuntunmu kearah yang salah. Juga bukanlah keinginan para bijaksana menuliskan sejarah ini dan pengalaman mereka sendiri. Kamu hanya mengetahui keadaan yang sekarang, apa yang terjadi di depan matamu; kamu tidak mengetahui bahwa saat ini berhubungan dengan waktu lampau dan merupakan persiapan untuk masa mendatang."

(Baba)

सधन II. RJW: 15


15.

"Tanpa menaklukkan badanmu, kamu tidak dapat mengetahui kebenaran, dalam hal ini tanpa menaklukkan lapar dan haus, kamu tidak dapat mengetahui realitas yang paling utama dan bila kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang dirimu sendiri, kamu tidak dapat disebut sebagai manusia."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 14


14.

"Tetapi biarlah Aku katakan kepadamu, bahwa kehidupan berumah tangga tidak akan menghalangi jalan menuju Perwujudan. Peliharalah istri dan anakmu sebagai suatu yang dipercayakan Tuhan kepadamu dan layanilah mereka dalam semangat seperti itu. Persiapkanlah dirimu untuk membujang dan berdisiplin rohani, sejak berumur 50 tahun; kuasailah panca inderamu dan kendalikan sepenuhnya pada umur sekian itu. Pada umur 60 tahunan, kamu harus mampu menaklukkan enam musuh manusia yaitu; kesenangan(kama), kemarahan(kroda), ketamakan(lobha), kemabukan(mada), kesombongan(kebingungan;moha) dan iri hati(matsarya). Pada umur 70 tahunan, kamu harus mampu atau siap bergabung dengan 7 orang ahli filsafat, 7 lautan dan 7 warna sinar matahari; yaitu, kamu harus sudah jauh diata keinginan-keinginan duniawi dan sedekat mungkin menuju titik penyatuan, melalui Sadhana. Pada umur 80 tahunan, kamu harus memperhatikan dirimu sejajar dengan dewa-dewa pada delapan penjuru mata angin, lebih kurang sepadan dalam keilahian, sifat-sifat dan wataknya. Pada umur 90 tahunan, atau lebih, menuju 9 kerajaan Planit, masuk kedalam kerajaan yang luar biasa. Kalau kamu mencapai tanda-tanda umur 100 tahun, pada akhir dekade ke 10 kamu harus mampu menguasai dan mengendalikan kesepuluh indria; lima indra penggerak dan lima indra pengetahuan dan menjadi kelahiran kembali Yang bijaksana, bebas dari bekas perbuatan atau akibat dari perbuatan dan keinginan. Dan yang Absolut adalah satu dan tidak dapat dibedakan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 13


13.

" Apabila kamu berpegang teguh pada jalan Dharma dan terikat terus pada kerinduan tersebut, kamu dapat menjadi Paramahamsa, meskipun kamu baru mulai atau bahkan seorang yang tak percaya."

(Baba)

सधन II. RJW: 12


12.

"Sadarlah, bangun dan jangan berhenti sebelum cita-cita tercapai,
'Uthishta, Jagratha, Prapyawaraannibodhatha'.
Tetapi seseorang tidak perlu dipaksakan berjalan kearah tujuan. itu bukanlah suatu tempat diman kamu diharuskan pergi. Dalam hal ini kamu hanya membuka matamu, untuk membersihkan kejahatan bangun dari mimpi, penerangan dari 'Jnanadeepa'."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 11

11.

"Lampu harus dinyalakan didalam 'antahkarana' manusia, lebih baik dari pada didalam rumah dimana gambaran Tuhan dipasang dan dipuja."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 10


10.

"Karma membersihkan hati nurani, kalau dilaksanakan demi pengabdian (bhakti), karena akibatnya dipasrahkan kepada keinginan Tuhan. Penyesalan dapat menyelamatkan orang-orang yang berdosa dari kematian abadi. Tidak ada upacara penebusan dosa manapun yang seefektif penyesalan secara tulus."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 9


9.

"Tuhan paling dekat denganmu. Doronglah pintu khayal yang telah lumutan, robeklah tabir kebodohan, bukalah mata yang tertutup, Beliau persis ada di depanmu. Kabut kepuasan indra menyembunyikan Dia darimu. Hidupkanlah lampu, kegelapan akan sirna dan Dia akan dapat dilihat."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 8


8.

"Cintailah semuanya; hormatilah semuanya; tolonglah semuanya dengan kemampuanmu yang paling baik. Usahakanlah untuk menjadi yang berguna, semanis dan selembut mungkin. Kemudian, tempat kamu berdiri akan menjadi suci seperti  daerah Kasi (Banares). Kata-kata yang kamu ucapkan, akan menjadi sesuci kitab suci. Sadhana ini akan menuntunmu kearah Kenyataan."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 7


7.

"Terimalah segala kekayaan dan kemakmuranmu dalam kepercayaan pada Tuhan yang telah memberikannya kepadamu, dan juga keluargamu, laksanakanlah itu sebagai kepercayaan suci, seperti seseorang yang diberikan Tuhan kepadamu untuk dicintai, membantu perkembangannya serta menuntunnya. Jadi, kamu harus meningkatkan keterlibatanmu dalam bhakti dan buatlah sebagai sarana untuk kemajuan spirituil."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 6


6.

"Jalan yang termudah untuk mencapai perwujudan diri adalah penyerahan diri, penyerahan ke-akuan; saranaagathi. Arjuna menyerahkan dirinya sehingga perang, dimana ia terlibat, dirubah menjadi sebuah yajna, latihan spirituil. Daksa juga melaksanakan yajna; tetapi ia tidak menyerahkan keakuannya, ia penuh rasa serakah yang mengecilkan Tuhan. Sehingga yajna nya dirubah menjadi perang berbau kebencian. Jangan kamu lubangi ke-akuanmu  yang sangat kecil itu melawan kekuasaan Tuhan ; tinggalkan itu sesuai keinginan-nya dan kamu akan mendapat kedamaian abadi."

(Baba)

सधन II. RJW: 5


5.

"Dimanapun kamu berada, apapun yang kamu kerjakan, lakukan itu sebagai tindakan bhakti, suatu pengabdian, pemujaan Tuhan sebagai pemberi inspirasi, sebagai saksi, Yang Maha Kuasa. Janganlah membagi kegiatanmu menjadi"Ini untuk kepentinganku" dan ini "Untuk kepentingan Tuhan". Meskipun kamu membagi nol dengan nol, kamu toh mendapatkan nol. Bila kamu melakukan pekerjaan, jangan sampai meninggalkan sisa, haruslah tuntas semuanya. Pandanglah semua pekerjaan sebagai satu pekerjaan. Seperti sastra menyatakan, kamu hendaknya jangan meninggalkan sisa, atau berimbang dalam berhutang, pada penyakit, dalam membalas dendam terhadap musuh, dalam perputaran lahir mati. Selesaikan semuanya sampai yang terakhir. Mereka tak akan terulang kembali. Apabila kamu mempersembahkan semua kegiatanmua di bawah kaki padma tuhan membebaskannya dari bekas-bekas sisa rasa kemilikan, akibatnya tidak akan mengikat kamu, kamu dibebaskan, dan mendapat moksa."

(Sathya Sai Baba)

सधन II. RJW: 4

4.

" Berkah Tuhan adalah curahan air hujan, laksana sinar matahari. Kamu harus melaksanakan Sadhana untuk mencapainya; Sadhana dari penjagaan tempayan tegak untuk menerima air hujan, Sadhana dari terbukanya pintu hatimu, sehingga sinar matahari dapat meneranginya. Seperti musik yang disiarkan oleh pemancar radio, semuanya berada di sekitarmu, tetapi kamu harus menghidupkan dan menyetel pesawat radio penerimamu pada gelombang yang benar sehingga kamu dapat mendengarkannya dan menikmatinya. Mohonlah berkah, namun paling sedikit lakukanlah Sadhana. Berkah-nya akan mengatur segala hal dengan benar. Akibat utamanya adalah 'pernyataan diri' (Athmasaakshaatkaara); tetapi ada keuntungannya yang lain yang bersifat sementara seperti kehidupan yang puas dan berbahagia, watak pemberani, menetap dalam ketenangan hati, atau Santhi. Manfaat utama dari sebentuk permata adalah kepuasan yang bersifat pribadi; tetapi, bila seseorang mempunyai mata uang yang terakhir dikantongnya, ia dapat berdagang dan memulai kehidupan kembali. Itulah manfaat yang kebetulan. Pohon yang ditanam dapat memberikan seikat buah sebagai pemberian utama, tetapi daun-daunnya, batangnya, bunganya sebagai tambahan, juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya. inilah hakekat berkah itu. Dapat memenuhi segala keperluan."

(Sathya Sai Baba)

===============================================
 ''god's grace is the shower of rain, as the sunlight.you have to do some sadhana to acquire it; the sadhana of keeping a pot upright to receive the rain, the sadhana of opening the door of your heart so that the sun may illumine it. like the music that is broadcast over the radio, it is all around you; but you must switch your receiver on and tune in, to the right wavelength so that you can hear and enjoy it. pray for grace; but do at least this little sadhana. grace will set everything right. its main consequence is 'self-realisation' (atmasakshatkara); but there are other incidental benefits too, like a happy, contented life here below, acool, courages temper, established in unruffled equanimity or shanthi. the main benefit from a jewel is personal joy; but, when one has come to the last coin in the purse, one can sell it and start life again! that is an incidental advantage. the plantain tree has the bunch of fruits as its main gift! but the leaves, the soft core of the trunk--the flower bud-- these are subsidiary items that can also be put into profitable use. this is the nature of grace. it fulfils a variety of wants''


--- sathya sai
=============================================== 

सधन II. RJW: 3


3.

" Sekarang, hukum tingkah laku manusia telah menjadi "masing-masing untuk diri sendiri" ini disebabkan oleh kenyataan bahwa semuanya  adalah "satu dalam Tuhan" (Sarwa Brahma Mayam) tidak dikenal dan diwujudkan. Hasil dari Sadhana ini; keyakinan yang kuat adalah dari pertumbuhan yang lambat, tetapi itu harus diperoleh."

(Sathya Sai Baba)

===============================================
 ''now, the law of human behaviour has become 'each to himself ' ; this is because, the fact that all are 'one-in-god' is not known and realized. this is the product of sadhana; the conviction is of slow growth, but, it has to be acquired.''


-- sathya sai baba
=============================================== 

सधन SADHANA : DISIPLIN SPIRITUIL

Merupakan point-point spiritual yang disarikan dari wejangan Bhagavan Sri Sathya Sai Baba, yang pertama kalinya dihimpun oleh alm. N.Kasturi, "SADHANA The Inward Path Quotations from the divine discourse of Bhagavan Sri Sathya Sai Baba".
yang dialih bahasakan oleh Dr I Dewa Gde Malih.

ओम साईं नमो नम:
श्री साईं नमो नम:
जय जय साईं नमो नम:
सद्गुरु साईं नमो नम: